KAMIS, 5 MARET 2020

BAB VI
MENYUSUN CERITA INSPIRATIF

C. Menelaah Cerita Inspiratif

Struktur teks cerita inspiratif

1. Orientasi 
 pengantar cerita
2. Perumitan Peristiwa 
kisah tokoh dan peristiwa menuju ke puncak cerita / konflik.
3. Komplikasi
puncak/inti cerita, tempat kisah yang menjadi inspirasi.
4. Resolusi 
peristiwa menyadarkan tokoh tentang kebaikan.
5. Koda 
penutup cerita, kesimpulan pesan moral.

Cerita dapat menggugah perasaaan jika:

1. membawakan momen "aha" kepada pembaca
2. menyentak langsung hati dan pikiran pembaca/pendengar agar tetap semangat, menjadi lebih baik, berbuat lebih tulus dalam hidup
3.  cerita mudah dipahami meski bermakna mendalam. 

Menulis cerita inspiratif selain bermanfaat bagi orang lain, juga bermanfaat untuk pengembangan diri sendiri.


Cerita inspiratif umumnya bertema "kepahlawanan". Tema kepahlawanan cukup beragam. "Perjalanan Sang Pahlawan " secara jelas terbagi atas tiga bagian wajib cerita inspiratif:

1. Awal (seseorang memiliki tantangan atau kesulitan yang ingin atau harus diatasi)
2. Tengah (keputusan dan tindakan diambil sang tokoh pahlawan untuk mencapai tujuan. kesulitan demi kesulitan sering dihadapi dalam menggapai sukses)
3. Akhir (Sukses diraih dan ada hasil positif sebagai akibat keputusan dan tindakan sang tokoh)


Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Inspirasi

  • Kata sifat , contoh : cantik, pendek, besar, pintar, ramah.
  • Kata Kerja Aksi , contoh : belajar, menanam, bekerja, melompat.
  • Berisi kalimat fakta
Merupakan hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar – benar ada atau terjadi.
Ciri-Ciri Kalimat FaktaDapat dibuktikan kebenarannya.Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian.Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.Bersifat obyektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan.Biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.Berdasarkan kenyataan.
contoh cerita inspirasi
                                            Garam dan TelagaContoh-Teks-Cerita-Inspirasi-Beserta-Strukturnya
  1. Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
    Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
    “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.
    Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
    Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
    “Segar.”, sahut tamunya.
    “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
    “Tidak”, jawab si anak muda.
    Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
    “Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
    Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
    Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
    Demikianlah, hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
    Struktur:
    1. Orientasi: “Suatu ketika,….”
    2. Perumitan peristiwa: “Tanpa membuang waktu,….”
    3. Komplikasi: “Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan….”
    4. Resolusi: “Pak Tua itu lalu kembali….”
    5. Koda: “Demikianlah, hatimu ….”




TUGAS
1.  Carilah sebuah teks cerita inspiratif tentang kepahlawanan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4.2 Menyajikan tujuan, alat/bahan, langkah, dan hasil dalam laporan percobaan secara tulis dan lisan dengan memperhatikan kelengkapan data, struktur, aspek kebahasaan, dan aspek lisan. 4.2.1 Menyajikan model teks laporan percobaan

4.3 Menyimpulkan gagasan, pandangan, arahan, atau pesan dalam pidato (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya) yang didengar, dan/atau dibaca.

3.4 Menelaah struktur dan ciri kebahasaan pidato persuasif tentang permasalahan aktual yang didengar, dan/atau dibaca