KAMIS, 14 MEI 2020
TUGAS!
Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir
bersama Sarah, isterinya dan Hajar, dayangnya di tempat tujuannya di
Palestin. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan
harta miliknya yang telah diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di
Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.Utk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di MakkahSetelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar :
“Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:” Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu.”
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:” Siapakah sebenarnya engkau ini?” ” Aku adalah hamba sahaya Ibrahim”. Jawab Hajar.” Kepada siapa engkau dititipkan di sini?”tanya Jibril.” Hanya kepad Allah”,jawab Hajar.Lalu berkata Jibril:” Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”
Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana
Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan
segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan
kuasa Allah .Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini dianggap
keramat oleh jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan
setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu
disebut orang ” Injakan Jibril “.
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:” Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.” Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:” Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:” Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan .”Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.
sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri07.htm
(http://www.kisah.web.id/nabi-rosul/nabi-ismail-as.html)
1. Bacalah kisah Nabi Ismail AS di bawah ini!
2.Apa Hikmah dan Pesan yang dapat diambil dari Cerita Kisah Nabi Ismail AS tersebut!
3. Tulis jawaban kalian dalam kolom komentar!
4. Kirim foto kalian ketika mengerjakan tugas tersebut ke WA ibu!
Nabi Ismail as
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.Utk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di MakkahSetelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar :
“Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:” Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu.”
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:” Siapakah sebenarnya engkau ini?” ” Aku adalah hamba sahaya Ibrahim”. Jawab Hajar.” Kepada siapa engkau dititipkan di sini?”tanya Jibril.” Hanya kepad Allah”,jawab Hajar.Lalu berkata Jibril:” Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:” Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.” Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:” Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:” Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan .”Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.
sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri07.htm
(http://www.kisah.web.id/nabi-rosul/nabi-ismail-as.html)
Kisah Nabi Ismail
Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat
Kisah Nabi Ismail Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat
MUSLIMIDIA.COM - Kisah Nabi Ismail Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat.
Nabi Ismail (sekitar 1911-1779 SM) adalah seorang nabi dalam kepercayaan
agama samawi. Ismail adalah putera dari Ibrahim dan Hajar, kakak
kandung dari Ishaq.
Nabi ismail dianggkap menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Ia tinggal di
Amaliq dan berdakwah untuk Qabilah Yaman, Mekkah.
Nabi Ismail namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran. Ia
meninggal pada tahun 1779 SM di Mekkah. Secara tradisional ia dianggap
sebagai Bapak Bangsa Arab.
Ismail berasal dari dua kata “dengarkan” (ishma’) dan “Tuhan” (al/il),
yang artinya “Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan.”
Ismail bin Ibrahim menikah dengan Umara binti Yasar bin Aqil kemudian
diceraikan lalu menikah lagi dengan Sayiida binti Mazaz bin Umru.
Pernikahan dengan Meriba dan Malchut, diketahui memiliki sejumlah anak
dan hanya ada seorang anak wanita yang bernama Bashemath.
Nabi Ibrahim Meninggalkan Ismail dan Istrinya Hajar
Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersamaIstrinya Sarah,
Hajar, dan dayangnya di tempat tujuannya di Palestina.
Ia telah membawa pindah juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya
yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata:
“Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi
Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Sarah yang telah
lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi
walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan
itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang istri
sebagai Sarah merasa telah dikalahkan oleh Hajar sebagai seorang
dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Sarah
merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar kerana
merasa sangat gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal
ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi
Ibrahim a.s. sehingga Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Hajar
dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan
menempatkannya di lain tempat.”
Untuk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim
Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah
istrinya dipenuhi.
Maka dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat
di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya
akan ditempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan
rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa
tempat tujuan yang tertentu.
Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada
binatang tunggangannya.
Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di
atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka.
Di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang
kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan,
tibalah Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah.
Kota suci di mana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari
seluruh dunia.
Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi
Ibrahim mengakhiri perjalanannya.
Di situlah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali
dengan serantang bekal makanan dan minuman.
Sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir,
yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.
Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim
seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang
sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir.
Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim
memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat
yang kosong itu.
Sungguh ditempat itu tiada seorang manusia, tiada seekor binatang,
tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih
menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu.
Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tega
meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat
disayangi.
Akan tetapi ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak
Allah s.w.t. yang tentu mengandung hikmat yang masih terselubung
baginya.
Ia sadar pula bahwa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat
pengasingan itu dari segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata
kepada Hajar:
“Bertawakal-lah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya,
percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah
aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungimu dan
menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan
wahyu-Nya, tidak sesekali aku tega meninggalkan kamu di sini seorang
diri bersama puteraku yang sangat kucintai ini. Percayalah wahai Hajar,
bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa
perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu
untuk selamanya, insya-Allah.”
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya
pada baju Ibrahim.
Dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestina dengan
iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang
menetak.
Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika ia turun
dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestina di
mana istrinya Sarah sedang menanti.
Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada
Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurnia rezeki bagi putera
dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu.
Nabi Ibrahim berkata dalam doanya:
” Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya
di dekat rumah-Mu (Baitullah) di lembah yang sunyi dari tanaman dan
manusia agar mereka mendirikan salat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki
dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu.”
Munculnya Mata Air Zamzam
Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di
padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan.
Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia mudah merasa
haus.
Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu.
Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga
saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa.
Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk
mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu
gunung yang bernama Shafa.
Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk
melindungi kedua matanya dari sengatan matahari.
Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat
membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita
namun semua harapannya itu gagal.
Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah
dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah.
Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak
melihat ada seseorang.
Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan
menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah.
Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke
Marwah dan melihat-lihat.
Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu
sebanyak tujuh kali.
Oleh karenanya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa
dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi
mereka yang agung, yaitu Ismail.
Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk
di sisi anaknya yang masih menangis.
Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan
rahmat-Nya.
Ismail pun memukul-mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan
menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga
kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan.
Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT.
Ia pun meminum air itu beserta anaknya, dan kehidupan tumbuh dan
bersemi di kawasan itu.
Sungguh benar apa yang dikatakannya bahwa Allah SWT tidak akan
membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.
Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil
air yang terpancar dari sumur zamzam.
Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu.
Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian
padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat.
Perintah Menyembelih Nabi Ismail
Pada suatu malam, nabi Ibrahim bermimi dalam tidurnya dimana ia
diperintahkan untuk menyembelih anaknya ismail oleh Allah SWT.
Mimpi itu membuat hati nabi Ibarhim bergejolak. Namun Sebagai pecinta
sejati, Ia tidak "menggugat" perintah Allah SWT itu.
Nabi Ibrahim adalah penghulu para pecinta. Nabi Ibrahim berpikir tentang
apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia menidurkannya di atas tanah
untuk kemudian menyembelihnya.
Lebih baik baginya untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih
menenangkan hatinya daripada memaksanya untuk menyembelih.
Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui anaknya.
"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi,
aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102).
Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi Ibrahim dalam menyampaikan
perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu kepada anaknya;
apakah anaknya akan menaati perintah tersebut.
Bukankah perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail
menjawab sama dengan jawaban dari ayahnya itu bahwa perintah itu
datangnya dari Allah SWT yang karenanya si ayah harus segera
melaksanakannya:
"Wahai ayahku kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau
mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar." (QS. ash-Shaffat: 102).
Perhatikanlah jawaban si anak. Ia mengetahui bahwa ia akan disembelih
sebagai pelaksanaan perintah Tuhan.
Namun ia justru menenangkan hati ayahnya bahwa dirinya akan bersabar.
Itulah puncak dari kesabaran.
Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan cara
disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT.
Tetapi Nabi Ibrahim merasa tenang ketika mendapati anaknya menantangnya
untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT.
Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika
mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
Allah SWT menceritakan kepada kita bahwa Ismail tertidur di atas tanah
dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada
Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau
sebaliknya.
Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanan perintah
Allah SWT:
"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS. ash-Shaffat:
103).
Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT,
Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan Allah SWT
menggantikan Ismail dengan suatu kurban yang besar.
Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya oleh kaum
Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam
yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Ismail Membantu Ayahnya Membangun Kabah
Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (pekarangan Kaabah). Apabila dewasa
beliau menikah dengan wanita dari Suku Jurhum.
Walaupun tinggal di Makkah, Ismail sering dikunjungi ayahnya.
Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya menerima wahyu dari Allah agar membangun
Kaabah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata:
“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan
membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”
Ketika membangun Kaabah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:
“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya
ia menjadi tanda kepada manusia.”
Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam
untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa:
“Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Bangunan (Kaabah) itu menjadi tinggi dan Ibrahim makin lemah untuk
mengangkat batu. Dia berdiri di satu sudut, kini dikenali Maqam Ibrahim.
Ismail Diangkat Menjadi Nabi
“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur`an).
Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.”
(QS. Maryam [19]: 54).
Sekian lama, Ismail mendampingi ayahnya berdakwah. Ia pun diangkat
menjadi seorang nabi dan rasul.
Ismail sangat pantas diangkat menjadi nabi karena memiliki akhlak yang
mulia.
Ia sangat taat kepada Allah SWT, berbakti kepada orangtuanya, menepati
janji, dan bijaksana.
Nabi Ismail berdakwah di Mekah. Ia menyeru umat manusia agar menyembah
Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya. Nabi Ismail wafat di Mekah. Tempat
wafatnya dinamakan Hijr Ismail.
Nabi Ismail mempunyai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang
dinikahkan dengan anak saudaranya, yaitu Al-’Ish bin Ishak.
Dari keturunan Nabi Ismail lahir Nabi Muhammad SAW. Keturunan Nabi
Ismail juga menurunkan bangsa Arab Musta’ribah
Sumber artikel : https://www.muslimidia.com/2017/03/kisah-nabi-ismail-as.html
Sumber artikel : https://www.muslimidia.com/2017/03/kisah-nabi-ismail-as.html
Rezha Khoirunnisa 9F
BalasHapusPada kisah ini kita mendapat banyak hikmah, yaitu kita harus yakin kepada Allah SWT bahwa Allah maha pelindung untuk kita yang taat kepada-Nya. Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, mempercayai kekuasaa-Nya dan rahmat-Nya. Atas ujian berat yang dialami nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail, kita diberikan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berqurban setiap Idul Adha, sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah.
Zaniar Aurora Berlian
BalasHapus9H
Dr kisah itu mendapat banyak hikmat terutama.
1.Keluarga Ibrahim layak dijadikan teladan karena ketaatan dan kepatuhannya menjalankan perintah Allah. Mereka sukses melewati beberapa ujian.
2.Ketaatan dan Kepatuhan Nabi Ismail terhadap perintah Allah dan orang tuanya mencerminkan kepribadian anak saleh yang patut dijadikan teladan.
3.Ketinggian budi pekerti yang dimiliki Ismail menjadikannya dicintai Allah dan mendapatkan banyak keistimewaan dari-Nya, diantaranya diangkat menjadi nabi dan rasul.
Nadya Liantina 9G
BalasHapusHikmah yang dapat kita ambil dari kisah nabi ismail as adalah ketabahan, kepatuhan, dan ketaatan yang di miliki nabi ismail kepada Allah SWT. karna atas sikap nya nabi ismail kepada Allah SWT, maka Allah akan melindunginya
Saphira nava edrea 9h
BalasHapusHikmah dari kisah di atas ialah kita harus yakin, patuh, taat kepada allah swt bahwa allah lah yg memberikan perlindungan kepada hambanya yg menjalankan semua perintahnya seperti kisah nabi ibrahim dan nabi ismail.
Sabila balqis 9h
BalasHapusHikmah yang dapat diambil:
Mengajarkan kita ikhlas membuat kita lebih percaya bahwa Allah tidak akan menyianyiakan hamba nya mengajarkan kita selalu bersabar
Adroo shoofiya M. 9D
BalasHapusHikmah yang dapat kita ambil dari kisah nabi ismail as adalah ketabahan, kepatuhan, dan ketaatan yang di miliki nabi ismail kepada Allah SWT.
Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, mempercayai kekuasaa-Nya dan rahmat-Nya. Atas ujian berat yang dialami nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail, kita diberikan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berqurban setiap Idul Adha, sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah.
1..Ketaatan dan Kepatuhan Nabi Ismail terhadap perintah Allah dan orang tuanya mencerminkan kepribadian anak saleh yang patut dijadikan teladan.
2..Ketinggian budi pekerti yang dimiliki Ismail menjadikannya dicintai Allah dan mendapatkan banyak keistimewaan dari-Nya, diantaranya diangkat menjadi nabi dan rasul.
Dea najuwa putri 9F
BalasHapusHikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah kita harus percaya kepada Allah SWT bahwa Allah maha pelindung untuk kita yang taat kepada-Nya.Wajibnya taat dan berbakti pada orang tua selama dalam kebaikan serta
Ada balasan besar bagi orang yang berbuat ihsan, sabar dan taat pada Allah.kecintaan pada allah mesti dikedepankan daripada kecintaan pada istri dan anak membuat di bukanya jalan keluar.
M.fadilah 9h
BalasHapusHikmmah yang dapat kita ambil dari kisah nabi ismail adalah kesabaran ketaatan dan kepatuhan serta ketinggian budi pekerti yang di miliki oleh nabi ismail karna sikap itulah yang di berikan ke allah swt maka dari itu allah swt senantiasa melindunginya
Nazwa andini 9f
BalasHapusHikmah dari kisah nabi ismail Pertama yaitu iklas , sabar dan patuh kepada orang tua atau allah swt
M.Davin Edra Ananta 9h
BalasHapusHikmah yang dapat diambil dari cerita diatas adalah kita harus yakin, patuh, taat kepada allah swt bahwa allah lah yg memberikan perlindungan kepada hambanya yg menjalankan semua perintahnya seperti kisah nabi ibrahim dan nabi ismail.